Penjara pikiran


Seekor belalang lama terkurung dalam satu kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya.
Di perjalanan dia bertemu dengan belalang lain, namun dia heran mengapa belalang itu bisa lompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran dia bertanya,
“Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku,padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan,
“Dimanakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.”
Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Sering kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman,tradisi, dan semua itu membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.
Sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dgn tali yang terikat pada pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kaki nya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil…
Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin kita capai. Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita

Empat Lilin



Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka
Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
“Akulah HARAPAN.”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

MENENANGKAN DIRI

Hidup sudah susah,
jangan bikin runyam
kita santai saja…

Senada dengan sebait lagu dari Duo Maia dengan judul “Emang Gue Pikirin”; hidup easy going aja. Kadang hidup memang membebani, sehingga terlihat stress. Maka hidup perlu penenangan diri. Aktivitas yang berjibun setiap hari membuat pikiran lelah. Perlu penyegaran. Itulah perlunya menenangkan diri agar lebih rileks tanpa beban. Tenangkan diri dari segala aktivitas yang berjibun. Bila otak sudah penuh dan capek tidak akan bekerja optimal. Maka perlu yang namanya istirahat.
Dari hasil penelitian, orang yang tenang akan mudah dalam mengambil keputusan daripada orang yang sedang kelelahan dan capek, apalagi sedang stress. Bahkan kadang ilham didapat ketika sedang rileks; dalam keadaan pikiran tenang. Dalam keadaan tenang inilah seluruh tubuh bekerja optimal. Menganalisa apakah yang salah dan yang kurang. Maka mudah sekali ilham itu datang.
Para penemu adalah orang yang senang dengan ketenangan, Di dalam ketenangan ini terdapat pemecahan-pemecahan dari segala masalah yang dihadapi. Mereka adalah orang yang selaras dengan alam. Tidak neko-neko. Bila bekerja, ya bekerja… bermain, ya bermain. Umum dengan manusia biasa seperti kita. Namun mengapa mereka bisa membuat sesuatu yang dahsyat dan bermanfaat bagi manusia? Ternyata salah satu diantaranya adalah dari ketenangan ini.
Subhanalloh, dalam ajaran Islam juga sudah mengajarkan untuk menenangkan diri. Dengan sholat kita sejenak menenangkan diri dan menghadap Sang Khalik untuk memohon supaya dimudahkan segala urusan. Tidak hanya itu, di sepertiga malam terahkir kita juga diajarkan untuk merenungi segala hal yang telah kita lakukan. Belum ditambah penengan diri di masjid atau yang biasa disebut dengan i’tikaf. Maka berbanggalah kita sebagai umat Islam yang dari agamanya sendiri sudah mengajarkan untuk selalu tenang dan rileks penuh kedamaian. Pertanyaannya adalah sudahkah kita melakukannya?